2025-11-05 10:16:58 | category : BIS | company id : ICOM
30836980 IQPlus,(5/11) - Nissan Motor (akan memangkas produksi SUV Rogue terlarisnya di Jepang mulai minggu depan karena kekurangan pasokan chip dari perusahaan Belanda, Nexperia, menurut seorang sumber yang mengetahui masalah ini, dampak terbaru dari gejolak diplomatik yang melibatkan produsen chip tersebut. Nissan berencana memangkas produksi kendaraan sport-utility Rogue sekitar 900 unit dalam minggu yang dimulai pada 10 November di pabriknya di Kyushu barat daya, kata sumber tersebut, yang menolak disebutkan namanya karena informasi tersebut tidak dipublikasikan. Produsen mobil tersebut juga sedang meninjau rencana produksi pabrik untuk pekan tanggal 17 November karena pasokan suku cadang yang menggunakan chip Nexperia masih terdampak, ujar sumber tersebut. Rogue, yang dijual sebagai X-Trail di Jepang dan Inggris, merupakan model terlaris Nissan di Amerika Serikat tahun lalu dengan hampir 246.000 unit. Nissan juga memproduksi model Rogue di Smyrna, negara bagian Tennessee, AS. Dalam sebuah pernyataan kepada Reuters, Nissan mengatakan akan menerapkan "penyesuaian produksi skala kecil" selama pekan tanggal 10 November yang melibatkan beberapa ratus kendaraan di pabrik Kyushu dan pabrik Oppama, di selatan Tokyo, tempat mereka memproduksi Note Compact. Nissan menyatakan bahwa situasi masih fluktuatif dan memantau perkembangannya dengan cermat. "Setelah pasokan stabil, kami akan segera pulih dan memastikan dampak pada pengiriman pelanggan diminimalkan," ujarnya. Rincian lebih lanjut akan dibagikan pada laporan keuangan kuartal kedua hari Kamis, ungkap Nissan. Produsen mobil di seluruh dunia sedang berjuang keras untuk mengatasi krisis pasokan yang terkait dengan Nexperia, yang berdampak pada produksi dan menyebabkan beberapa perusahaan merumahkan karyawan. China melarang ekspor produk Nexperia setelah pemerintah Belanda mengambil alih kendali perusahaan tersebut pada bulan September, dengan alasan kekhawatiran akan transfer teknologi ke induknya di China, Wingtech yang telah ditandai oleh Amerika Serikat sebagai potensi risiko keamanan. (end/Reuters)