2024-11-21 09:30:15 | category : BIS | company id : INEW
32534119 IQPlus, (21/11) - Angka perdagangan awal Korea Selatan menunjukkan ekspor kembali tumbuh pada bulan November sebagai tanda positif bagi perekonomian di tengah meningkatnya kekhawatiran atas prospek perdagangan global dengan pemerintahan baru AS. Nilai pengiriman meningkat 5,8 persen dari tahun sebelumnya dalam 20 hari pertama bulan November, menurut data yang dirilis pada hari Kamis oleh kantor bea cukai. Angka tersebut dibandingkan dengan penurunan 0,2 persen yang awalnya dilaporkan untuk bulan penuh bulan Oktober. Secara keseluruhan, impor turun tipis sebesar 1 persen, sehingga menghasilkan surplus sebesar US$798 juta, menurut data tersebut. Perbedaan jumlah hari kerja tidak mendistorsi angka perdagangan awal bulan ini. Seperti banyak negara pengekspor terbesar di dunia, Korea Selatan menghadapi potensi hambatan di bidang perdagangan karena Donald Trump bersiap untuk kembali ke Gedung Putih dengan serangkaian kebijakan proteksionis setelah memenangkan pemilihan AS awal bulan ini. Trump menjanjikan tarif universal selama kampanyenya dan bermaksud untuk meningkatkan bea masuk, khususnya terhadap Tiongkok, mitra dagang terbesar bagi Korea Selatan. Subsidi yang diberikan kepada perusahaan-perusahaan Korea Selatan yang mengoperasikan pabrik-pabrik di AS juga berisiko dibatalkan di bawah pemerintahan Trump kedua. Prospek yang suram telah mendorong beberapa ekonom untuk memoderasi optimisme mereka terhadap ekonomi Korea Selatan yang bergantung pada perdagangan. Bloomberg Economics memperkirakan ekspor Korea ke AS turun hingga 55 persen pada tahun 2028 jika Trump memberlakukan tarifnya secara penuh dan negara-negara merespons dengan menjual ke pasar lain. Bank sentral dapat memangkas suku bunga utamanya sebanyak lima kali pada awal tahun 2026 untuk mendukung momentum ekonomi, katanya dalam laporan terpisah minggu ini. Ketidakpastian ekonomi tinggi dan risiko condong ke sisi negatif bagi pertumbuhan Korea Selatan, menurut Rahul Anand, kepala misi Korea untuk Dana Moneter Internasional, yang berbicara dalam sebuah pengarahan pada hari Rabu. Korea Selatan termasuk di antara 10 negara teratas yang mencatat surplus perdagangan dengan AS, menjadikannya target utama Trump. Para pembuat kebijakan khawatir bahwa ketegangan perdagangan yang lebih tinggi setelah Trump menjabat pada bulan Januari akan merusak momentum ekspor dan memberi tekanan pada perusahaan-perusahaannya untuk menghabiskan lebih banyak uang untuk menyesuaikan kembali rute rantai pasokan mereka. "Rantai pasokan akan menghadapi tekanan perubahan yang signifikan, dan gangguan yang dihadapi oleh sektor korporasi akan memperlambat siklus belanja modal secara signifikan," kata ekonom Morgan Stanley yang dipimpin oleh Chetan Ahya dalam sebuah laporan. "Pertumbuhan Asia dapat melambat secara signifikan, dengan ekonomi yang lebih berorientasi pada perdagangan seperti Korea dan Taiwan menghadapi tekanan penurunan yang lebih besar." (end/Bloomberg)