2024-01-11 08:11:46 | category : BIS | company id : INEW
01029444 IQPlus, (11/1) - Bursa saham di Asia-Pasifik dibuka menguat pada Kamis pagi dengan Jepang memperpanjang rekor reli menjelang angka inflasi AS untuk bulan Desember. Indeks acuan Nikkei 225 di negara ini muncul 1,88% saat perdagangan dimulai, melewati angka 35,000 sebentar untuk pertama kalinya sejak Februari 1990, sebelum jatuh di bawah level tersebut. Topix juga naik 1,49% mencapai level tertinggi baru dalam 33 tahun. Sementara itu Kospi Korea Selatan naik tipis 0,17%, sedangkan saham berkapitalisasi kecil Kosdaq naik 0,72%. Investor di Asia akan mengawasi Bank of Korea, yang akan mengumumkan keputusan suku bunganya. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan bank sentral akan mempertahankan suku bunga pinjaman acuan sebesar 3,5% untuk pertemuan kedelapan berturut-turut. Di Australia, S&P/ASX 200 memulai hari dengan kenaikan 0,42%, pulih dari penurunan hari Rabu dan menjelang data perdagangan negara tersebut pada bulan November. Kontrak berjangka indeks Hang Seng Hong Kong berada di 16,150, juga menunjukkan pembukaan yang lebih kuat dibandingkan dengan penutupan HSI di 16,097.28 Semalam di AS, ketiga indeks utama menguat, dengan para pedagang menunggu rilis data inflasi dan pendapatan terbaru AS. Investor juga akan menantikan laporan indeks harga konsumen AS yang dijadwalkan dirilis pada hari Kamis. Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones memperkirakan CPI naik 3,2% dari tahun ke tahun di bulan Desember. Pembacaan indeks harga produsen akan dirilis pada hari Jumat. S&P 500 naik 0,57%, sedangkan Dow Jones Industrial Average bertambah 0,45%. Nasdaq Composite yang berbasis teknologi menguat 0,75% dan menetap di 14.969,65. Raksasa kendaraan listrik AS, Tesla telah lama menjadi favorit investor, tetapi saingannya dari Tiongkok, BYD semakin berkembang dengan sendirinya. Pekan lalu, data dari kedua perusahaan menunjukkan BYD melengserkan Tesla pada kuartal keempat sebagai pembuat kendaraan listrik teratas secara global, dan juga melampaui produksi Tesla untuk tahun kedua berturut-turut pada tahun 2023. (end/cnbc)
