2025-07-21 10:06:39 | category : BIS | company id : INEW
20136296 IQPlus, (21/7) - Kehidupan di puncak terbukti rumit bagi produsen mobil terkemuka Tiongkok, dan ada tantangan baru yang menanti. Penjualan bulanan BYD akhir-akhir ini stagnan, dan mengingat musim panas biasanya merupakan waktu yang lebih sepi untuk pembelian konsumen, tren ini diperkirakan tidak akan berbalik dalam waktu dekat. Diskon juga kini diawasi ketat oleh Beijing, dengan Tiongkok pekan lalu berjanji untuk mengendalikan "persaingan irasional" di sektor kendaraan listrik, yang mencerminkan keinginan otoritas untuk mengatasi perang harga deflasi yang mengancam pertumbuhan ekonomi dan industri. Beberapa langkah BYD di kancah internasional juga terbukti lebih menantang dari yang diperkirakan, sehingga menimbulkan pertanyaan, apakah produsen mobil nomor 1 Tiongkok ini sedang goyah? Raksasa yang berbasis di Shenzhen ini saat ini tampaknya akan gagal mencapai target penjualan tahunannya untuk tahun 2025, sebuah pencapaian yang jarang terjadi setelah tren kenaikan harga selama beberapa tahun. Jumlah kendaraan listrik dan hibrida yang perlu dijual BYD setiap bulan hingga Desember telah mencapai 560.000 unit, melebihi target yang biasanya dapat dicapai dalam satu bulan. Jumlah kendaraan terbanyak yang pernah terjual BYD dalam satu bulan hanya mendekati 515.000 unit pada bulan Desember tahun lalu. Para analis kini meragukan kemampuan BYD mencapai penjualan 5,5 juta unit pada tahun 2025. Estimasi konsensus terus diturunkan. Morgan Stanley bulan lalu menurunkan proyeksinya menjadi 5,3 juta, menunjukkan jumlah model baru yang lebih sedikit, sementara Joanne Chen dari Bloomberg Intelligence mengatakan BYD perlu mengorbankan sebagian laba dan mempertahankan diskon besar-besaran di paruh kedua jika ingin tetap berada di jalur yang tepat. "Pengawasan regulasi akan mengurangi pemotongan langsung harga stiker kendaraan, tetapi persaingan tidak akan hilang dan promosi ritel masih diperlukan untuk mempertahankan momentum penjualan,. ujarnya. .Peluncuran model baru dan peningkatan teknologi yang berkelanjutan juga krusial". (end/Bloomberg)