2024-07-22 10:13:19 | category : BIS | company id : INEW
20336664 IQPlus, (22/7) - Pemerintah Jepang memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi pada tahun ini. Keputusan itu diambil karena konsumsi terpukul akibat kenaikan biaya impor karena lemahnya yen dan hal ini menyoroti rapuhnya pemulihan ekonomi. Namun mereka memproyeksikan pertumbuhan akan meningkat pada tahun depan berkat belanja modal dan konsumsi yang kuat, dan tetap mempertahankan pandangan mereka bahwa perekonomian akan menopang pemulihan yang didorong oleh permintaan domestik. Akan tetapi, beberapa anggota dewan ekonomi utama pemerintah menyuarakan keprihatinan atas pelemahan konsumsi baru-baru ini dan dampak buruk yang ditimbulkan oleh jatuhnya yen terhadap rumah tangga. "Kita tidak bisa mengabaikan dampak melemahnya yen dan kenaikan harga terhadap daya beli rumah tangga. Pemerintah dan Bank of Japan (BoJ) harus memandu kebijakan dengan hati-hati terhadap penurunan yen baru-baru ini," kata anggota dewan sektor swasta, yang membahas perkiraan pertumbuhan baru, dikutip dari The Business Times, Senin, 22 Juli 2024. Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan pada pertemuan tersebut bahwa pemerintah harus waspada terhadap dampak kenaikan harga, yang sebagian disebabkan oleh melemahnya yen, terhadap perekonomian, menurut kantor berita Kyodo. Pemerintah merilis perkiraan pertumbuhan ekonominya pada Januari dan kemudian merevisi sekitar Juli. Mereka menjadi dasar penyusunan anggaran negara. Dalam perkiraan yang direvisi, pemerintah memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi untuk tahun fiskal berjalan yang berakhir pada Maret 2025 menjadi 0,9 persen dari 1,3 persen yang diproyeksikan di Januari. Perkiraan baru ini berada di atas perkiraan sektor swasta sebesar 0,4 persen, mencerminkan harapan pemerintah bahwa peningkatan kenaikan upah, pemotongan pajak dan perpanjangan subsidi bahan bakar akan meningkatkan belanja konsumen. (end/ba)
