2025-07-23 15:22:24 | category : BIS | company id : EKOM
20355255 IQPlus, (23/7) - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menegaskan komitmennya dalam mendukung terwujudnya Indonesia hijau melalui percepatan agenda dekarbonisasi di sektor industri. Upaya dekarbonisasi ini akan ikut berkontribusi signfikan dalam meningkatkan daya saing industri nasional sekaligus memenuhi target pengurangan emisi karbon secara global. "Sebagai bagian dari upaya nasional menuju net zero emission, Kemenperin telah menetapkan sembilan sektor industri prioritas yang menjadi fokus percepatan dekarbonisasi. Ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam mentransformasi sektor industri menjadi lebih hijau atau ramah lingkungan, dan berkelanjutan," kata Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Andi Rizaldi pada AIGIS Goes to Campus di Universitas Bina Nusantara (Binus) Jakarta, Selasa (22/7). Kesembilan sektor prioritas tersebut, yakni industri semen, industri pupuk, industri logam, industri pulp dan kertas, industri tekstil, industri kimia, industri otomotif, industri makanan dan minuman, serta industri kaca dan keramik. "Sektor-sektor ini yang disebut dengan industri dengan emisi GRK tinggi. Kami perlu menyiapkan langkah strategisnya,. ungkap Kepala BSKJI. Menurut Andi, Kemenperin sedang menyusun peta jalan dekarbonisasi untuk masing-masing sektor industri tersebut, yang mencakup panduan teknis, kebijakan pendukung, kebutuhan teknologi dan pendanaan, serta kolaborasi lintas sektor. "Kami menargetkan net zero emission sektor industri dapat tercapai pada tahun 2050, atau lebih cepat 10 tahun dari target nasional. Ini artinya, kami harus siapkan arah atau roadmap untuk industri nasional bisa cepat bertransformasi ke arah produksi yang rendah emisi dan ramah lingkungan dalam 25 tahun ke depan," jelasnya. Andi menambahkan, penyusunan peta jalan ini melibatkan berbagai pemangku kepentingan, antara lain asosiasi industri, pelaku usaha, akademisi, dan lembaga internasional, guna memastikan strategi yang disusun realistis, terukur, dan berdampak nyata. Kolaborasi lintas sektor, khususnya dengan institusi pendidikan seperti Univesitas Binus, diyakini dapat menjadi pendorong percepatan transformasi industri yang berdaya saing dan berkelanjutan. "Kampus adalah lingkungan yang strategis dalam menciptakan solusi berbasis teknologi dan kreativitas untuk masa depan Indonesia hijau. Kami percaya Universitas Binus juga memiliki potensi besar sebagai pelopor inovasi serta inkubator bagi green innovators masa depan," imbuhnya.(end)