2024-07-24 08:32:49 | category : BIS | company id : INEW
20530697 IQPlus, (24/7) - LVMH mencatat pertumbuhan penjualan yang melambat pada kuartal kedua karena pembeli Tiongkok menekan pengeluaran untuk fesyen kelas atas di dalam negeri, bahkan ketika permintaan di pasar Barat sedikit meningkat. Penjualan grup barang mewah terbesar di dunia dan pemilik label Louis Vuitton, Tiffany & Co. dan Hennessy, tumbuh menjadi 20,98 miliar euro ($22,8 miliar), kenaikan 1% secara organik, yang menghilangkan dampak mata uang dan akuisisi. Angka ini sebanding dengan kenaikan sebesar 3% tahun-ke-tahun pada kuartal pertama, dan pertumbuhan dua digit pada tahun 2023 ketika konsumen di pasar utama Tiongkok berbelanja barang-barang mewah ketika mereka keluar dari lockdown akibat pandemi. Laporan dariLVMH, yang merupakan perusahaan tercatat terbesar kedua di Eropa, bernilai sekitar 340 miliar euro,mengikuti apa yang telah disampaikan perusahaan yang lebih kecil seperti Burberry dan Hugo Boss minggu lalu. Meskipun penjualan LVMH berada di bawah ekspektasi pendapatan sebesar 21,6 miliar euro, menurut jajak pendapat LSEG berdasarkan enam analis, penjualan tersebut dipandang sudah sesuai dengan perkiraan. "Secara keseluruhan, hal ini seharusnya tidak menjadi masalah yang tidak dapat diatasi, mengingat kecilnya kerugian yang terjadi dan kemunduran signifikan yang dialami harga saham LVMH sejak euforia awal pelaporan pasca 4Q23," kata Luca Solca, analis di Bernstein. Saham LVMH berfluktuasi sejak munculnya perlambatan sektor barang mewah, dan turun sekitar 20% selama setahun terakhir, di tengah kekhawatiran bahwa pembeli kelas menengah di negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia tersebut menarik kembali pembeliannya karena kemerosotan properti dan ketidakamanan pekerjaan. Penjualannya di Asia, kecuali pasar Jepang, turun 14% pada kuartal kedua, lebih buruk dari penurunan 6% pada kuartal pertama. (end/Reuters)
