2025-12-02 07:05:46 | category : BIS | company id : COMD
33525534 IQPlus, (2/12) - Harga minyak naik lebih dari 1 persen pada hari Senin (1 Desember) menyusul serangan pesawat nirawak oleh Ukraina, penutupan wilayah udara Venezuela oleh Amerika Serikat, dan keputusan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk tidak mengubah tingkat produksi pada kuartal pertama tahun 2026. Minyak mentah Brent berjangka ditutup pada US$63,17 per barel, naik 79 sen AS, atau 1,27 persen. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS ditutup pada US$59,32 per barel, naik 77 sen AS, atau 1,32 persen. "Pasar sangat gelisah saat ini karena kemungkinan hilangnya pasokan minyak mentah Rusia," kata John Kilduff, mitra di Again Capital."Mereka mengamati dengan saksama apakah kesepakatan Rusia-Ukraina ini akan melenceng." Kekhawatiran tentang kemungkinan konflik antara Amerika Serikat dan Venezuela jauh tertinggal dibandingkan fokus pada perang di Ukraina. "Saya rasa tidak ada yang terlalu khawatir tentang hilangnya pasokan dari Venezuela," kata Kilduff. Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group, mengatakan serangan Ukraina, dikombinasikan dengan komitmen produksi OPEC, mendorong kenaikan harga pada perdagangan pagi di New York. "Serangan pesawat nirawak Ukraina terhadap armada bayangan Rusia, serta komitmen OPEC untuk mempertahankan tingkat produksi saat ini, membuat pasar berada dalam kondisi optimis," tulis Flynn dalam catatan pagi. "Hal ini terjadi seiring permintaan minyak global terus meningkat meskipun masih ada sentimen negatif yang terus kita dengar dari sisi permintaan." Konsorsium Pipa Kaspia (CPC), yang mengangkut 1 persen minyak dunia, mengatakan pada hari Sabtu bahwa salah satu dari tiga titik tambat di terminal Novorossiysk telah rusak, sehingga menghentikan operasi. Namun, Chevron, salah satu pemegang saham CPC, mengatakan pada Minggu malam bahwa pemuatan terus berlanjut di Novorossiysk. Biasanya, dua tambatan digunakan untuk pemuatan, sementara satu tambatan digunakan sebagai cadangan. Serangan terhadap terminal ekspor CPC mendorong harga minyak lebih tinggi, kata analis UBS Giovanni Staunovo. (end/Reuters)