2025-12-05 11:04:37 | category : BIS | company id : INEW
33839805 IQPlus, (5/12) - Inflasi Filipina melambat pada bulan November, mendorong pemangkasan suku bunga acuan bank sentral minggu depan karena skandal korupsi yang menghantam kepercayaan konsumen dan investor. Harga konsumen naik 1,5 persen bulan lalu dibandingkan tahun lalu, menurut Otoritas Statistik Filipina pada hari Jumat (5 Desember). Angka tersebut lebih rendah dari angka 1,7 persen pada bulan Oktober dan estimasi median dalam survei Bloomberg News. Ini menandai bulan kesembilan berturut-turut inflasi berada di bawah target Bank Sentral Filipina sebesar 2 hingga 4 persen, didorong oleh penurunan harga beras pada bulan-bulan sebelumnya. "Prospek inflasi secara umum jinak, tetap berada dalam kisaran target selama jangka waktu kebijakan," kata BSP dalam sebuah pernyataan. Risiko terhadap prospek inflasi terbatas karena tekanan dari sisi penawaran diperkirakan akan mereda, tambahnya. Kenaikan harga bahan pangan yang lebih lambat, termasuk sayur-sayuran dan minuman non-alkohol, menyebabkan tingkat inflasi yang lebih rendah, kata Deputi Statistik Nasional Divina Gracia Del Prado dalam sebuah pengarahan. Inflasi inti, yang tidak termasuk beberapa bahan pangan dan energi, turun menjadi 2,4 persen dari 2,5 persen pada bulan Oktober. Dua topan menghantam Filipina bulan lalu, menyebabkan banjir parah dan kerusakan tanaman. Namun, harga beras, yang menyumbang sekitar 9 persen dari keranjang konsumen, terus menurun di tengah pasokan yang melimpah dengan musim panen yang sedang berlangsung dan karena daerah yang dilanda badai bukanlah produsen beras besar, menurut para pejabat. Gubernur BSP, Eli Romolona mengatakan otoritas moneter akan mempertimbangkan penurunan suku bunga acuan minggu depan untuk membantu memacu permintaan, dengan ekspektasi inflasi yang kurang lebih terjaga. Dewan Moneter pembuat kebijakan akan mengadakan rapat penetapan suku bunga pada 11 Desember. "Dewan Moneter juga mencatat bahwa prospek pertumbuhan ekonomi domestik telah melemah. Prospek ini sebagian mencerminkan dampak kekhawatiran tata kelola terkait belanja infrastruktur publik terhadap kepercayaan bisnis serta ketidakpastian yang masih ada dari lingkungan eksternal," demikian pernyataan bank sentral. Skandal korupsi infrastruktur banjir yang sedang berlangsung di negara Asia Tenggara tersebut telah menekan permintaan konsumen dan sentimen investor, menyebabkan pertumbuhan ekonomi merosot ke level terendah dalam empat tahun pada kuartal ketiga. Bank sentral telah memangkas suku bunga acuannya sebesar 175 basis poin sejak Agustus tahun lalu. Target suku bunga reverse repo semalam berada di 4,75 persen, terendah sejak September 2022. (end/Bloomberg)