2025-12-05 16:17:37 | category : BIS | company id : EKOM
33858612 IQPlus, (5/12) - Peneliti Pusat Ekonomi Digital dan UMKM Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Fadhila Maulida menilai industri UMKM saat ini tengah memasuki masa pendewasaan, sehingga harus mulai memikirkan keberlanjutan usaha untuk menjaga daya saing jangka panjang. Menurutnya, berbagai program pemerintah yang mendorong UMKM go-digital dalam lima tahun terakhir turut mempercepat fase pendewasaan ini, terutama di sektor e-commerce. "Kita sudah masuk fase pendewasaan marketplace. Subsidi mulai berkurang, tapi value layanan tetap ada. Jadi wajar jika orientasinya profit," jelasnya dalam video daring yang dikutip, Jumat. Ia menekankan bahwa pelaku UMKM kini harus memperhatikan kualitas produk serta menjaga hubungan dengan pelanggan. Salah satu cara yang dinilai efektif adalah memanfaatkan fitur dan program promosi yang tersedia di platform e-commerce. Promo saat tanggal gajian, kampanye tanggal kembar (double date), hingga gratis ongkir disebut mampu membantu UMKM memperluas jangkauan dan meningkatkan transaksi. Meski begitu, Fadhila mengingatkan bahwa UMKM harus menghitung seluruh pengeluaran usaha secara cermat, termasuk biaya penggunaan fitur-fitur platform, ke dalam harga pokokpenjualan (HPP). Hal ini penting untuk memastikan usaha tetap menguntungkan. Struktur biaya harus diperhitungkan sejak awal, termasuk biaya layanan platform. Jangan sekadar membandingkan harga dengan kompetitor,"tambah Fadhila. INDEF juga mencatat, berdasarkan Survei E-commerce 2024 Badan Pusat Statistik (BPS) dari sekitar 3,81 juta usaha sudah memanfaatkan e-commerce. Namun, dari jumlah tersebut baru 17,8 persen yang benar-benar memiliki akun penjualan di marketplace atau platform digital. Survei terbaru Katadata Insight Center (KIC) juga menemukan bahwa mayoritas seller e-commerce memandang struktur biaya sebagai bagian penting dari strategi bisnis. Rata-rata skor persepsi seller terhadap biaya sebagai strategi adalah 8,39 (skala 1-10), sementara biaya sebagai investasi untuk menambah eksposur mendapatkan skor 8,45. Survei KIC yang dilakukan pada 19 September-9 Oktober 2025 terhadap 602 seller UMKM juga mengungkap bahwa admin fee merupakan komponen biaya yang paling sering dikenali(41,5 persen), diikuti payment fee (34,2 perswn) dan subsidi ongkir (29,1 persen). Temuan itu menunjukkan bahwa strategi harga dan promosi masih menjadi pendekatan utama untuk menarik pembeli. Sejumlah seller mulai memandang biaya administrasi dan komponen biaya lainnya sebagai bagian dari investasi yang berpotensi meningkatkan penjualan dan pertumbuhan bisnis UMKM. "Mayoritas seller benar-benar merasakan hasil dan kontribusi nyata dari biaya yang mereka keluarkan terhadap performa bisnis," Direktur Eksekutif KIC, Fahridho Susilo dalam risetnya. (end/ant)