2025-12-09 06:57:41 | category : BIS | company id : EKOM
34225048 IQPlus, (9/12) - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada 2026 berada di angka 5,0-5,4 persen secara tahunan (yoy). "Untuk 2026, (proyeksi) Apindo masih tetap berkisar antara 5,0 sampai 5,4 persen," kata Ketua Umum Apindo Shinta Kamdani, dalam jumpa pers di Jakarta, Senin. Shinta menilai angka ini didapat menyusul masih adanya sejumlah ketidakpastian dan tantangan perekonomian secara global, serta melihat kondisi perekonomian dalam negeri yang menunjukkan tren cukup baik. Lebih lanjut, Shinta mengatakan kuartal I (Q1) 2026 akan menjadi periode terkuat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia menyusul adanya sejumlah perayaan tahunan seperti libur tahun baru, Imlek, hingga Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri, yang diyakini memberikan efek ganda (multiplier effect) signifikan pada sektor perdagangan, logistik, akomodasi, pariwisata, dan industri konsumsi. Namun, Apindo mengingatkan adanya potensi perlambatan (growth deceleration) pada kuartal II dan III menyusul meredanya pengaruh musiman dan jika tidak ada kebijakan pendukung pertumbuhan ekonomi. "Kuartal I 2026 menjadi periode terkuat bahkan konsolidasi seasonal drivers seperti Imlek hingga Idul Fitri. Sementara, kuartal II dan III membutuhkan kewaspadaan karena hilangnya faktor musiman yang berpotensi memunculkan stagnansi jika tidak ada intervensi kebijakan," ujar dia. Selain itu, Apindo juga menyoroti adanya tekanan eksternal yang perlu dicermati menyusul risiko pergeseran kebijakan internasional yang bakal memengaruhi rantai pasok global dan komoditas ekspor strategis Indonesia. "Pendorong struktural seperti konsumsi domestik, investasi dan ekspor untuk basis investasi ini harus bisa menjadi engine utama," kata Shinta. Di tengah ketidakpastian global termasuk tensi geopolitik, fragmentasi perdagangan, dan potensi policy shocks seperti tarif resiprokal, Apindo menilai pentingnya memperkuat daya saing industri dan mengantisipasi tekanan eksternal yang dapat mempengaruhi arus perdagangan dan nilai tukar. "Apindo juga menyoroti bahwa sejumlah sektor usaha masih tertinggal dari pertumbuhan nasional, kondisi ini menegaskan perlunya strategi lintas sektor untuk mendorong pertumbuhan lebih inklusif dan berkelanjutan," kata Shinta. (end/ant)