2025-11-13 14:03:24 | category : BIS | company id : INEW
31650352 IQPlus, (13/11) - India telah meluncurkan rencana senilai US$5 miliar untuk meningkatkan daya saing ekspor di tengah tekanan tarif AS yang memberatkan. Washington telah mengaitkan isu perang dan perdamaian dengan perdagangan, dengan mengenakan bea masuk sebesar 50 persen terhadap New Delhi sebagai balasan atas pembelian minyak Rusia yang terus berlanjut. Perdana Menteri Narendra Modi mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis (13 November) bahwa pemerintah telah menyetujui "Misi Promosi Ekspor (EPM)" untuk "meningkatkan daya saing ekspor". Program senilai hampir US$3 miliar tersebut akan berlangsung hingga 2030-2031, menggantikan beberapa skema lama dengan satu kerangka kerja tunggal yang bertujuan membantu produsen kecil mengakses pembiayaan perdagangan yang lebih murah dan memenuhi standar kualitas global. "Dukungan prioritas akan diperluas ke sektor-sektor yang terdampak oleh eskalasi tarif global baru-baru ini," demikian pernyataan Kementerian Perdagangan yang dikeluarkan Rabu malam. "Misi ini dirancang untuk secara langsung mengatasi tantangan struktural yang menghambat ekspor India." Menteri Penerangan Ashwini Vaishnaw mengumumkan skema jaminan kredit lebih lanjut senilai US$2,3 miliar untuk eksportir, dengan menyatakan bahwa skema tersebut diperlukan karena "lingkungan global saat ini... di mana kebijakan beberapa negara menyebabkan kesulitan bagi negara lain". Upaya tersebut bertujuan untuk meningkatkan ekspor barang-barang padat karya seperti tekstil, kulit, permata dan perhiasan, serta produk teknik dan kelautan, tambahnya. Perekonomian India, yang terbesar kelima di dunia, tumbuh pada laju tercepatnya dalam lima kuartal dalam tiga bulan yang berakhir pada 30 Juni, ditopang oleh belanja pemerintah yang lebih tinggi dan sentimen konsumen yang membaik. Namun, tarif AS terus membayangi perekonomian, dengan para ahli memproyeksikan tarif tersebut dapat memangkas pertumbuhan PDB India sebesar 60 hingga 80 basis poin tahun fiskal ini, jika tidak ada pelonggaran dalam waktu dekat. Baik India maupun Amerika Serikat tetap bernegosiasi, meskipun terdapat perbedaan pendapat yang tajam mengenai perdagangan pertanian dan tuduhan pejabat AS bahwa pembelian minyak Rusia oleh New Delhi turut memicu perang di Ukraina. (end/AFP)
| Tanggal | Category | Headline | Details |
|---|---|---|---|
| 2025-11-13 14:03:24 | BIS | INDIA KUCURKAN US$5 MILIAR REDAM DAMPAK TARIF AS | 31650352 IQPlus, (13/11) - India telah meluncurkan rencana senilai US$5 miliar untuk meningkatkan daya saing ekspor di tengah tekanan tarif AS yang... Readmore |
| 2025-11-13 14:11:52 | BIS | PERKUAT SISTEM LOGISTIK, WAMENDAG DORONG KOLABORASI LINTAS SEKTOR | 31650988 IQPlus, (13/11) - Wakil Menteri Perdagangan Dyah Roro Esti Widya Putri mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk berkolaborasi dalam... Readmore |
| 2025-11-13 14:18:22 | BIS | AIRNAV SIAP KAWAL LONJAKAN PENERBANGAN DI LIBUR NATARU | 31651357 IQPlus, (13/11) - AirNav Indonesia menegaskan kesiapan penuh menghadapi lonjakan penerbangan pada masa Angkutan Natal 2025 dan Tahun Baru 2... Readmore |
| 2025-11-13 14:21:43 | BIS | BNI SALURKAN Rp40,7 MILIAR KREDIT PROGRAM PERUMAHAN HINGGA OKTOBER 2025 | 31651504 IQPlus, (13/11) - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI terus memperkuat dukungannya terhadap sektor perumahan melalui program Kr... Readmore |
| 2025-11-13 14:27:05 | BIS | PT TIMAH BERIKAN BANTUAN BIAYA PENGOBATAN UNTUK WARGA DI KABUPATEN BANGKA | 31651925 IQPlus, (13/11) - PT TIMAH Tbk kembali memberikan bantuan biaya pengobatan untuk masyarakat yang membutuhkan. Kali ini, PT TIMAH Tbk member... Readmore |